Pages

Sunday, April 8, 2018

Ayah Tidak Ada di mana-mana

Suatu pagi aku pernah bertanya pada Ibu
Kira-kira umurku lima tahun saat itu
‘Kapan ayah pulang?’
Ibu hanya tersenyum
Dan berkata, ‘segera, Ayah pasti pulang.’

Saat itu yang ku tunggu hanyalah
Bingkisan yang selalu beliau bawa
Sepulang dari berkelana

Ayah jarang sekali berbicara
Figurnya terpampang nyata
Namun aku selalu merasa beliau tak ada

Aroma kopi pekat tercium di seluruh halaman belakang
Musik klasik terdengar di semua penjuru ruang
Buku-buku tertata rapi di rak dekat dinding
Dan terkadang alunan ayat suci terdengar menjelang petang
Itu adalah pertanda bahwa Ayah pulang
Namun ternyata Ayah kembali hilang
Dan kenangan hanya satu-satunya yang tinggal

Suatu pagi saat umurku dua puluh
Aku kembali bertanya pada Ibu
‘kapan Ayah pulang?’
Ibu terdiam
Matanya menyaratkan kesedihan
Dan aku bisa merasakan kekosongan
Di seluruh ruang

Sejak saat itu aku tak pernah bertanya lagi
Namun aku tak berhenti mencari
Sosok Ayah di setiap laki-laki yang kucumbui

Dan aku tidak menemukan Ayah di mana-mana.

Sunday, February 4, 2018


Jogja menyambut kedatanganku dengan hujan rintik saat tiba di Bandara. Aku melangkah menyusuri jalan sendirian, tersadar tidak ada lagi yang biasa menungguku datang di kota ini. Hujan di luar semakin memperparah perasaan sendu dan rindu di dalam dada. Jalanan macet sekali saat itu karena hujan dan akhir pekan, namun yang ku rasakan hanyalah kekosongan yang rasanya terus menggerogoti kekuatan-kekuatanku yang tersisa. Aku berusaha mengendalikan diri untuk tidak menghubungimu atau sekedar mengabari bahwa aku sudah pulang ke kota ini. Rasanya sulit sekali untuk kembali membiasakan diri tanpa kehadiranmu. Rasanya terlalu menyakitkan untuk menyadari bahwa aku merasa telah pulang, namun tempat yang biasa menerimaku tidak ada lagi.

Aku merasa pulang, namun aku juga merasa hilang.